KOTA BLITAR - Untuk membantu penyembuhan pasien saat pandemi Covid-19, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mardi Waluyo Kota Blitar membeli alat rontgen atau X-ray dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT). Alat tersebut untuk memeriksa kondisi paru-paru pasien suspect yang jumlahnya banyak pada puncak ledakan gelombang pada bulan Juli 2021 bulan lalu.
Menurut, Wakil Direktur Pelayanan dan Penunjang Medis RSUD Mardi Waluyo, dr Herya Putra Dharma, saat dikonfirmasi media menjelaskan bahwa rumah sakit telah memiliki 2 alat baru x-ray menggunakan DBHCHT. Harga X-ray ceiling mencapai, Rp 1, 455 miliar dan sebuah X-ray mobile harganya Rp 496 juta.
Menurut Herya Putra, X-ray ceiling itu permanen ditempatkan di radiologi, kalau x-ray mobile itu bisa dipindah-pindahkan dengan mudah. Sedangkan mobile ini kemarin kita manfaatkan untuk pasien suspect di IGD dan ruang isolasi dan ini sangat membantu pasien yang sakit parah.
"Ada yang harus pakai ventilator yang tidak memungkinkan dipindah-pindah dari tempat tidur. Banyak peralatan medis di RSUD Mardi Waluyo yang membutuhkan peremajaan, pasalnya peralatan yang sudah lama kualitasnya pun menurun, " ungkap dr Herya saat ditemui di kantornya, Selasa (16/11/2021)
Lanjutnya, dalam alat X-ray ini pun dilakukan sebuah uji kesesuaian. Untuk melihat keakuratan alat x-ray, kestabilan dan keamanan untuk pasien dari radiasi yang ditimbulkannya. Sedang sebelum memiliki alat baru dari bantuan DBHCHT ini, RSUD Mardi Waluyo memiliki 2 alat mobile X-ray.
"Hanya salah satunya tidak lolos uji kesesuaian, sehingga dirasa kurang untuk melayani pasien Covid-19 yang jumlahnya banyak. Sedang pasien Covid-19 harus kita evaluasi kondisi paru-parunya tiap 2 hari sekali. Sehingga alat yang baru kita beli menggunakan DBHCHT ini bisa langsung bermanfaat, ” paparnya.
Dirinya menambahkan, RSUD Mardi Waluyo sebagai rumah sakit pendidikan kelas B dengan luas 5 hektar lebih ini, berusaha dalam pemenuhan peralatan penunjang kesehatan. Keberadaan DBHCHT ini menjadikan angin segar dalam pemenuhan peralatan khususnya peralatan yang berkaitan dengan penyakit paru-paru untuk kompensasi dampak asap rokok. Melihat DBHCHT ini sendiri didapatkan dari pita cukai yang melekat di setiap pembelian rokok.
"Kedepan rumah sakit ini akan mengadakan perekaman digital untuk dipasangkan di alat X-ray. Hal tersebut guna portabilitas atau keleluasaan penggunaan, dimana saat ini sistem perekaman memakai alat perekaman konvensional memakai film yang berat, dan filmnya hanya digunakan sekali pakai. Nantinya perekaman cukup memakai 1 hardisk yang lebih ringan dan bisa digunakan berkali-kali, " katanya.
Wakil Direktur Pelayanan dan Penunjang Medis RSUD Mardi Waluyo berharap dengan pengadaan x-ray untuk peningkatan pelayanan di bidang paru-paru. Kedepannya semoga RSUD Mardi Waluyo tetap mendapat anggaran DBHCHT untuk peremajaan alat-alat yang sudah tua. (ADV)