BLITAR - Ditengah lesunya pasar ikan hias akibat pandemi terutama ikan koi, tak menyurutkan Komunitas Ikan Koi Talok (KITA) untuk berkarya dan terus bertahan. Hal ini disampaikan salah satu anggota kelompok pembudidaya ikan koi di Dusun Talok, Desa Pojok, Kecamatan Garum Kabupaten Blitar, Senin (14/06/2021).
Kepada awak media salah satu anggota KITA, Gilang Yulio mengatakan, kelompok tani pembudiya ikan koi Dusun Talok ada 20 orang. Kelompok ini fokus pada pemijahan, pembesaran dan marketing penjualan.
Baca juga:
Kabupaten Kota Didorong Ikuti TPID Award
|
"Ada beberapa jenis ikan yang dibudidayakan di kolam pembesaran, tetapi kelompok ini lebih fokus pada jenis Showa, Sanke, Kohaku, Caghoi, Kujaku. Dengan rincian biaya pakan ikan dan listrik selama 3 bulan habis 3 juta rupiah untuk 1 petak dan dari penjualan menghasilkan uang 10 juta rupiah keatas, " tuturnya.
Kata Gilang, saat ini yang bagus pasarnya untuk penjualan ada diluar jawa, sebab untuk ikan yang besar-besar banyak peminatnya disana. Bahkan baru-baru ini dirinya mengirimkan ikan koi di wilayah Papua, tidak menutup kemungkinan wilayah Kalimantan, Sulawesi, Sumatara juga banyak peminatnya.
"Tapi ada kendala yang harus dihadapi dalam pembudidayaan ikan koi, yaitu tempat karantina untuk ikan yang sakit karena pengaruh cuaca dan jamur. Kita berharap kepada pihak terkait untuk memberikan bantuan berupa sosialisasi tentang kesehatan ikan, " tutupnya.
Disaat yang sama Kepala Dusun Talok, Fajar Mustakim mewakili Kepala Desa Pojok menjelaskan, dengan adanya petani ikan koi di dusunnya minimal bisa menekan angka pengangguran. Sebab, hal ini sangat membantu menambah perekonomian warga desa, karena banyak memberdayakan warga untuk jual beli ikan koi lewat media online.
"Sampai saat ini ada 30 kolam yang diberdayakan warga dengan luas 2 hektar. Bila tidak ada kendala kemungkinan kolam ini kita dijadikan tempat wisata edukasi ikan koi suatu saat nanti, " tegasnya.
Ditempat terpisah, selaku pengurus Perserikatan Bumdes Indonesia (PBI) menyambut baik hasil kerja keras kelompok petani ikan koi di Dusun Talok Ini. Dirinya akan terus mensupport warga yang mau berenovasi dalam pengembangan ekonomi kreatif.
"Terkait masalah kendala di lapangan seperti tempat karantina ikan yang sakit, saya akan berkoordinasi dengan dinas terkait. Sebab kita selalu mendukung penuh kegiatan warga yang positif, apalagi terkait potensi desa, " paparnya.
Dikatakannya, sebisa mungkin pihaknya akan berkonsultasi dengan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar menangapi keluhan petani koi. Diharapkan nantinya ada solusi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan wawasan mengenai proses produksi.
"Kita minta kepada pemerintah untuk memfasilitasi mulai dari pembenihan hingga pemasaran. Serta melatih kemampuan mengidentifikasikan dan memecahkan masalah yang timbul pada proses budidaya ikan koi pada umumnya, " tandasnya.
Menurut informasi yang didapat dari lokasi Prabu Koi Farm, jenis koi Shiro Utsuri dengan ukuran 48 cm pernah ditawar 10 juta rupiah satu ekor. Namun sayang oleh pemiliknya ikan tersebut tidak dijual sebab ingin di ternak sendiri mengingat jenisnya betina dan siap untuk dilakukan pemijahan. (***)